Terkuaknya ke-wali-an Kyai Hamid Pasuruan dan Kisah salam Kyai Hamid kepada ‘wali gila’ di Pasar Kendal

<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiBC3eNbM3XzRvbc4khMKW1WBeiVXxE6uX5rIWx_LlcQskX6zIbwBAboMT0Ayhg0gH33pPIBrHP22N5VVx_f_lfJFnoaZBn70VUwTeDf6K3hGn1k6y4E0FExqsRcOhROMIurwttWrdwdJKj/s1600/kh.+hamid+pasuruan.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Kyai Hamid Pasuruan" border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiBC3eNbM3XzRvbc4khMKW1WBeiVXxE6uX5rIWx_LlcQskX6zIbwBAboMT0Ayhg0gH33pPIBrHP22N5VVx_f_lfJFnoaZBn70VUwTeDf6K3hGn1k6y4E0FExqsRcOhROMIurwttWrdwdJKj/s1600/kh.+hamid+pasuruan.jpg" title="Kyai Hamid Pasuruan" /></a></div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">Suatu ketika seorang Habaib dari Kota Malang, ketika masih muda, yaitu Habib Baqir Mauladdawilah (sekarang beliau masih hidup), di ijazahi sebuah doa oleh Al Ustadzul Imam Al Habr Al Quthb Al Habib Abdulqadir bin Ahmad Bilfaqih (Pendiri Pesantren Darul Hadist Malang).</div><div style="text-align: justify;"><br /> </div><div style="text-align: justify;">Habib Abdulqadir Bilfaqih berpesan kepada Habib Baqir untuk membaca doa tersebut ketika akan menemui seseorang agar tahu sejatinya orang tersebut siapa,orang atau bukan.</div><div style="text-align: justify;"><br /> </div><div style="text-align: justify;">Suatu saat Datanglah Habib Baqir menemui seorang Wali min Auliya illah di daerah Pasuruan, Jawa Timur, yang masyhur dengan nama Mbah Hamid Pasuruan.</div><div style="text-align: justify;"><br /> </div><div style="text-align: justify;">Ketika itu di tempat Mbah Hamid banyak sekali orang yang soan kepada beliau, meminta doa atau keperluan yang lain.</div><div style="text-align: justify;"><br /> </div><div style="text-align: justify;">Setelah membaca doa tersebut kaget Habib Baqir, ternyata orang yang terlihat seperti Mbah Hamid sejatinya bukan Mbah Hamid, Beliau mengatakan, “Ini bukan Mbah Hamid, khodam ini, Mbah Hamid tidak ada disini” kemudian Habib Baqir mencari dimanakah sebetulnya Mbah Hamid.</div><div style="text-align: justify;"><br /> </div><div style="text-align: justify;">Setelah bertemu dengan Mbah Hamid yang asli, Habib Baqir bertanya kepada beliau, “Kyai, Kyai jangan begitu, jawab Mbah Hamid: “ada apa Bib..??” kembali Habib Baqir melanjutkan, “kasihan orang-orang yang meminta doa, itu doa bukan dari panjenengan, yang mendoakan itu khodam, Panjenengan di mana waktu itu?” Mbah Hamid tidak menjawab, hanya diam.</div><div style="text-align: justify;"><br /> </div><div style="text-align: justify;">Namun Mbah Hamid pernah menceritakan masalah ini kepada Seorang Habib sepuh (maaf, nama habib ini dirahasiakan).</div><div style="text-align: justify;"><br /> </div><div style="text-align: justify;">Habib sepuh tersebut juga pernah bertanya kepada beliau,</div><div style="text-align: justify;"><br /> </div><div style="text-align: justify;">“Kyai Hamid, waktu banyak orang-orang meminta doa kepada njenengan, yang memberikan doa bukan njenengan, njenengan di mana? Kok tidak ada..?” jawab Mbah Hamid, “hehehee.. kesana sebentar”</div><div style="text-align: justify;"><br /> </div><div style="text-align: justify;">Habib sepuh tersebut semakin penasaran, “Kesana ke mana Kyai??”</div><div style="text-align: justify;"><br /> </div><div style="text-align: justify;">Jawab Mbah Hamid, “Kalau njenengan pengen tahu, datanglah ke sini lagi”</div><div style="text-align: justify;"><br /> </div><div style="text-align: justify;">------------------------------------------------------------------------------------------------------------</div><div style="text-align: justify;"><br /> </div><div style="text-align: justify;">Singkat cerita, habib sepuh tersebut kembali menemui Mbah Hamid, ingin tahu di mana “tempat persembunyian” beliau, setelah bertemu, bertanyalah Habib sepuh tadi, “Di mana Kyai..?”</div><div style="text-align: justify;"><br /> </div><div style="text-align: justify;">Mbah Hamid tidak menjawab, hanya langsung memegang Habib sepuh tadi, seketika itu, kagetlah Habib sepuh, melihat suasana di sekitar mereka berubah menjadi bangunan Masjid yang sangat megah, “di mana ini Kyai..?” Tanya Habib Sepuh, “Monggoh njenengan pirsani piyambek niki teng pundi..?” jawab Mbah Hamid. Subhanalloh..!!!</div><div style="text-align: justify;"><br /> </div><div style="text-align: justify;">Ternyata Habib Sepuh tadi di bawa oleh Mbah Hamid mendatangi Masjidil Haram.</div><div style="text-align: justify;"><br /> </div><div style="text-align: justify;">Habib sepuh kembali bertanya kepada Kyai Hamid, “Kenapa njenengan memakai doa??” Mbah Hamid kemudian menceritakan,</div><div style="text-align: justify;"><br /> </div><div style="text-align: justify;">“Saya sudah terlanjur terkenal, saya tidak ingin terkenal, tidak ingin muncul, hanya ingin asyik sendirian dengan Allah, saya sudah berusaha bersembunyi, bersembunyi di mana saja, tapi orang-orang selalu ramai datang kepadaku,</div><div style="text-align: justify;"><br /> </div><div style="text-align: justify;">Kemudian saya ikhtiar menggunakan doa ini, itu yang saya taruh di sana bukanlah khodam dari jin, melainkan Malakul Ardli, Malaikat yang ada di bumi, berkat doa ini, Allah Ta’ala menyerupakan malaikatnya, dengan rupaku”.</div><div style="text-align: justify;"><br /> </div><div style="text-align: justify;">Habib sepuh yang menyaksikan secara langsung peristiwa tersebut, sampai meninggalnya merahasiakan apa yang pernah dialaminya bersama Mbah Hamid, hanya sedikit yang di ceritakan kepada keluarganya.</div><div style="text-align: justify;"><br /> </div><div style="text-align: justify;">---------------------------------------------------------------------------------------------------------------</div><div style="text-align: justify;"><br /> </div><div style="text-align: justify;">Lain waktu, ada tamu dari Kendal soan kepada Mbah Hamid, singkat cerita, Mbah Hamid menitipkan salam untuk si fulan bin fulan yang kesehariannya berada di Pasar Kendal, menitipkan salam untuk seorang yang dianggap gila oleh masyarakat Kendal.</div><div style="text-align: justify;"><br /> </div><div style="text-align: justify;">Fulan bin fulan kesehariannya berada di sekitar pasar dengan pakaian dan tingkah laku persis seperti orang gila, namun tidak pernah mengganggu orang-orang di sekitarnya.</div><div style="text-align: justify;"><br /> </div><div style="text-align: justify;">Tamu tersebut bingung kenapa Mbah Hamid sampai menitip salam untuk orang yang di anggap gila oleh dirinya.</div><div style="text-align: justify;"><br /> </div><div style="text-align: justify;">Tamu tersebut bertanya, “Bukankah orang tersebut adalah orang gila Kyai..??” kemudian Mbah Hamid menjawab, “Beliau adalah Wali Besar yang njaga Kendal, Rohmat Allah turun, Bencana di tangkis, itu berkat beliau, sampaikan salamku”</div><div style="text-align: justify;"><br /> </div><div style="text-align: justify;">Kemudian setelah si tamu pulang ke Kendal, menunggu keadaan pasar sepi, dihampirinyalah “orang gila” yang ternyata Shohibul Wilayah Kendal.</div><div style="text-align: justify;"><br /> </div><div style="text-align: justify;">“Assalamu’alaikum…” sapa si tamu,</div><div style="text-align: justify;"><br /> </div><div style="text-align: justify;">Wali tersebut memandang dengan tampang menakutkan layaknya orang gila sungguhan, kemudian keluarlah seuntai kata dari bibirnya dengan nada sangar,</div><div style="text-align: justify;"><br /> </div><div style="text-align: justify;">“Wa’alaikumussalam.. ada apa..!!!”</div><div style="text-align: justify;"><br /> </div><div style="text-align: justify;">Dengan badan agak gemetar, si tamu memberanikan diri,</div><div style="text-align: justify;"><br /> </div><div style="text-align: justify;">berkatalah ia, “Panjenengan dapat salam dari Kyai Hamid Pasuruan, Assalamu’alaikum……”</div><div style="text-align: justify;"><br /> </div><div style="text-align: justify;">Tak beberapa lama, wali tersebut berkata,</div><div style="text-align: justify;"><br /> </div><div style="text-align: justify;">“Wa’alaikum salam” dan berteriak dengan nada keras,</div><div style="text-align: justify;"><br /> </div><div style="text-align: justify;">“Kurang ajar si Hamid, aku berusaha bersembunyi dari manusia, agar tidak diketahui manusia, kok malah dibocor-bocorkan”</div><div style="text-align: justify;"><br /> </div><div style="text-align: justify;">“Ya Allah, aku tidak sanggup, kini telah ada yang tahu siapa aku, aku mau pulang saja, gak sanggup aku hidup di dunia”</div><div style="text-align: justify;"><br /> </div><div style="text-align: justify;">Kemudian wali tersebut membaca sebuah doa, dan bibirnya mengucap, “LAA ILAAHA ILLALLOH… MUHAMMADUR ROSULULLOH”</div><div style="text-align: justify;"><br /> </div><div style="text-align: justify;">Seketika itu langsung meninggallah sang Wali di hadapan orang yang di utus Mbah Hamid agar menyampaikan salam, hanya si tamulah yang meyakini bahwa orang yang di cap sebagai orang gila oleh masyarakat Kendal itu adalah Wali Besar, tak satupun masyarakat yang meyakini bahwa orang yang meninggal di pasar adalah seorang Wali,</div><div style="text-align: justify;"><br /> </div><div style="text-align: justify;">Malah si tamu juga dicap sebagai orang gila karena meyakini si fulan bin fulan sebagai Wali.</div><div style="text-align: justify;"><br /> </div><div style="text-align: justify;">Subhanalloh.. begitulah para Wali-Walinya Allah,</div><div style="text-align: justify;"><br /> </div><div style="text-align: justify;">saking inginnya ber-asyik-asyikan hanya dengan Allah sampai berusaha bersembunyi dari keduniawian, tak ingin ibadahnya di ganggu oleh orang-orang ahli dunia,</div><div style="text-align: justify;"><br /> </div><div style="text-align: justify;">Bersembunyinya mereka memakai cara mereka masing-masing, oleh karena itu janganlah kita su’udzon terhadap orang-orang di sekitar kita, jangan-jangan dia adalah seorang Wali yang “bersembunyi”.</div><div style="text-align: justify;"><br /> </div><div style="text-align: justify;">Cerita Mbah Hamid yang saya coba tulis hanyalah sedikit dari kisah perjalanan Beliau, semoga kita, keluarga kita, tetangga kita dan orang-orang yang kita kenal senantiasa mendapat keberkahan sebab rasa cinta kita kepada wali-walinya Allah,</div><div style="text-align: justify;"><br /> </div><div style="text-align: justify;">Jadi ingat nasihat Maha Guru kami, Al Quthb Habib Abdulqadir bin ahmad Bilfaqih,</div><div style="text-align: justify;"><br /> </div><div style="text-align: justify;">“Jadikanlah dirimu mendapat tempat di hati seorang Auliya”</div><div style="text-align: justify;"><br /> </div><div style="text-align: justify;">Semoga nama kita tertanam di hati para kekasih Allah, sehingga kita selalu mendapat nadhroh dari guru-guru kita, dibimbing ruh kita sampai terakhir kita menghirup udara dunia ini, Amin…….. !!!!</div><div style="text-align: justify;"><br /> </div><div style="text-align: justify;"><b>Sumber</b> : Syaikhina wa Murobbi Arwakhina KH. Achmad Sa’idi bin KH. Sa’id (Pengasuh Ponpes Attauhidiyyah Tegal)</div><div style="text-align: justify;"><br /> </div><div style="text-align: justify;">Diambil dari : <a href="http://wilayyahallah.blogspot.com/2011/11/terkuaknya-ke-wali-kyai-hamid-pasuruan.html">http://wilayyahallah.blogspot.com/2011/11/terkuaknya-ke-wali-kyai-hamid-pasuruan.html</a></div><div style="text-align: justify;"><br /> </div><div style="text-align: justify;">Artikel atau posting terbaru blog ini selanjutnya dapat disimak di website kami <a href="http://www.mistikus-sufi.blogspot.com/" target="_blank"><b>Mistikus Cinta</b></a>. Selamat berkunjung dan terima kasih atas perhatiannya.</div>

Terkuaknya ke-wali-an Kyai Hamid Pasuruan dan Kisah salam Kyai Hamid kepada ‘wali gila’ di Pasar Kendal

Suatu ketika seorang Habaib dari Kota Malang, ketika masih muda, yaitu Habib Baqir Mauladdawilah (sekarang beliau masih hidup), di ijazahi s...

Read more »